Asosiasi Pilot Garuda (APG) telah mengatakan bahwa sebanyak 1.300 pilot dan 5.000 awak kabin maskapai negara PT Garuda Indonesia akan segera mogok dengan libur Idul Fitri hanya dua minggu lagi.
“Kami mungkin bahkan [mogok] selama eksodus Idul Fitri massal jika pemerintah tidak melakukan intervensi,” kata ketua APG Bintang Hardono pada hari Kamis, seperti yang dilaporkan oleh tempo.co.
Bintang menambahkan bahwa hingga 10.000 karyawan Garuda di bawah Serikat Pekerja Garuda (Sekarga) akan bergabung dengan pemogokan, menambahkan bahwa jangka waktu pemogokan akan segera diumumkan.
Dia mengatakan bahwa semua karyawan telah sepakat bahwa mogok adalah satu-satunya cara untuk “menyelamatkan” maskapai, yang katanya telah menjadi lebih buruk selama bertahun-tahun.
“Kami tidak ingin berakhir seperti Merpati,” katanya, mengacu pada maskapai negara yang sekarang sudah bangkrut dan bangkrut.
Dia mengatakan bahwa APG dan Sekarga telah menyampaikan kepada pemerintah rencana mereka untuk melakukan pemogokan tahun lalu dan lagi pada bulan Mei, memberikan pemerintah 30 hari untuk memenuhi tuntutan mereka.
Tuntutan mereka termasuk, antara lain, perombakan dan restrukturisasi dewan direksi maskapai penerbangan. Mediasi antara direktur dan karyawan untuk membahas kerugian yang dialami maskapai penerbangan, tercatat hingga US $ 213,4 juta pada tahun 2017, telah gagal untuk maju.
Terdapat 3 masalah internal
Ketua Sekarga Ahmad Irfan Nasution sebelumnya mengatakan bahwa ada tiga masalah internal yang mempengaruhi layanan maskapai penerbangan, yaitu masalah operasional, keuangan dan industri.
Sebagai tanggapan, tempo.co melaporkan bahwa presiden direktur Garuda Indonesia, Pahala Mansury telah meminta pilot dan anggota awak untuk terus bekerja seperti biasa dan memprioritaskan pelanggan, karena musim puncak sudah menjulang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebelumnya meminta Garuda Indonesia untuk menyelesaikan masalah antara serikat pekerja dan perusahaan dan melakukan dialog untuk mencari solusi. Tentu ini permasalahan yang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena turut bisa mengacaukan transportasi udara khususnya pada periode lebaran yang tidak akan lama lagi.