Bandara Soekarno-Hatta baru-baru ini melakukan simulasi penanganan terhadap pesawat yang hendak lepas landas saat terjadi gempa bumi. Simulasi ini merupakan percobaan bagaimana untuk penanganan pesawat yang hendak lepas landas tetapi terjadi bencana seperti gempa bumi.

Simulasi yang dilakukan tersebut adalah Pesawat Boeing 777-300 dari Internasional Soekarno-Hatta Indonesia menuju Changi International Airport mengalami pembatalan lepas landas. Saat ingin lepas landas, pilot merasakan adanya getaran(gempa) sehingga dilakukan aborted take off.

Pada simulasi ini, pesawat direncanakan akan tiba di Bandara tujuan sekitar pukul 11.50 WIB. Dengan membawa 170 pria, 70 wanita, 4 anak-anak,16 kru ( 4 cockpit crew dan 12 flight attendant), pesawat itu gagal terbang karena adanya getaran saat ingin lepas landas. Pembatalan ini menyebabkan pesawat keluar dari runway sejauh 50 meter serta nose gear pesawat patah dan engine bagian satu terbakar.

Simulasi ini merupakan serangkaian persiapan yang dilakukan oleh pihak Angkasa Pura II (Persero) selaku pengelola bandara Soekarno-Hatta untuk berjaga-jaga dari aktivitas vulkanik dari gunung anak Krakatau di Banten.

Melibatkan 800 personel

Dalam simulasi tersebut, ada kurang lebih 800 personel yang terlibat. Berbagai pihak yang terlibat dalam simulasi ini mulai dari Airport Emergency Committee, Airport Security Committee hingga TNI, Polres Bandara, Basarnas, CIQ, DVI Polda Metro Jaya, Dinas Perhubungan, pihak Airlines dan lainnya.

Guna menghadapi berbagai hal yang tidak diinginkan, persiapan melalui simulasi semacam ini memang sangat diperlukan. Dengan adanya simulasi, jika terjadi hal-hal buruk – maka semua pihak baik sehingga proses evakuasi ketika terjadi bencana yang tak terduga bisa diantisipasi dengan baik.

Executiver General Manager, Bandara Soekarno-Hatta M Suriawan Wakan mengatkan, simulasi semacam ini juga bertujuan untuk kesiapan dokumen Airport Emergency Plan (AEP) dan Airport Security Program (ASP) serta memperlancar fungsi instruksi, komunikasi, dan koordinasi.

Latihan atau simulasi semacam ini sendiri memang menjadi agenda rutin dari bandara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II (Persero). Setidaknya setidaknya 2 tahun sekali, simulasi semacam ini dilakukan guna mempersiapkan berbagai anggotanya dalam menghadapi berbagai hal-hal buruk yang bisa saja terjadi.